Inovasi-Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Berbasis Kearifan Lokal dengan “Peta Budaya”

Cover Vlog pembelajaran berdiferensiasi Berbasis Kearifan lokal

Hasil refleksi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang konsep merdeka belajar, menyadarkan para guru untuk menerapkan pembelajaran yang berpihak pada siswa. Sebagai seorang guru saya tidak boleh memaksakan kehendak kepada siswa, tapi menciptakan strategi agar mereka dapat belajar dengan menyenangkan sesuai karakteristik dan perkembangannya.

Sumber belajar konstekstual yang memudahkan bagi siswa untuk mereka belajar adalah lingkungan. Mereka mengetahui secara langsung keadaan lingkungan, denganbegitu pembelajaran tidak lagi membosankan. Pembelajaran tidak lagi didalam kelas akan tetapi dapat dilakukan diluar kelas dalam lingkungan sekolah ataupun luar sekolah. Selain itu belajar bisa dari fenomena dan permasalahan yang ada di masyarakat.

Paradigma belajar dalam perspektif pembelajaran abad 21 menekankan pada aspek literasi teknologi digital (Jansen & Petro, 2015). Konsep literasi ini menghasilkan empat prinsip dalam pembelajaran. Keempat prinsip tersebut adalah pengajaran berorientasi pada siswa, pendidikan dilakukan secara kolaboratif, belajar dilakukan secara kontekstual, dan sekolah terintegrasi dengan masyarakat (Ian, 2011).

Pembelajaran kontekstual berkaitan dengan pembelajaran dalam budaya setempat (local culture/indigenous learning). Karakteristik pebelajar pemula (usia dini dan usia Pendidikan dasar) masih menempatkan diri sendiri sebagai pusat belajar (Alexon, 2010). Peserta didik masih berpikir secara konkret dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terutama pada dunia sekitar (Laksana, 2019; Piaget, 2000). Untuk itu, budaya yang terintegrasi dengan peserta didik merupakan media yang dapat dikembangkan dan diimplementasikan pada pembelajaran di sekolah dasar (Alexon, 2010; Alexon dan Sukmadinata, 2010).

SMP Negeri 3 Kragan terletak dikawasan agraris maritime, ini karena secara geografis dekat dengan pantai utara. Dan secara sosio budaya masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani. SMP Negeri 3 kragan termasuk sekolah mewah (Mepet Sawah). Faktor inisangat berpotensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Sebagai contoh pengolahan hasil laut yang belum optimal, banyaknya sampah yang menjadi permasalahan lingkungan dan budaya sedekah bumi. Oleh karena itu dapat dijadikan tema dalam pengembangan kompetensi literasi dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Siswa mengisi jurnal literasai

Sumber belajar berbasis budaya sangat penting diterapkan dalam pembelajaran di abad ke 21. Berbagai hasil riset tentang pengaruh penggunaan sumber belajar berbasis budaya dalam peningkatan hasil belajar siswa telah dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Yolida, dan Marpaung (2018) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas pada kategori sedang dan hasil belajar pada kategori baik ketika peserta didi belajar dalam pembelajaran berbasis kearifan lokal. 

Dari beberapa alasan diatas maka diperlukan sumber belajar dengan memperhatikan budaya setempat. Untuk itu perlu diintegrasikan sumber belajar digital yang diperlukan dalam mendesain pembelajaran menggunakan sumber belajar berbasis kearifan local.

Terdapat fenomena baru yang muncul dalam penyesuaian pembelajaran pasca pandemi. Beragamnya tingkat pengetahuan siswa, perlunya pembiasaan Kembali budaya positif seperti disiplin dan rasa kekepedulian, selain itu pengembangan kompetensi literasi yang mengalami degradasi. Hal ini yang menginisiasi penulis dalam mengembangkan inovasi pembelajaran berdifferensiasi berbasis kearifan lokan untuk mengembangkan kompetensi literasi siswa SMP negeri 3 Kragan.

Fitur Peta Budaya Rumah belajar dapat dijadikan sumber belajar berbasis budaya. Dimana sumber belajar berbasis budaya sangat penting diterapkan dalam pembelajaran di abad 21.

Pembelajaran berdiferensiasi dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan belajar siswa yang beragam. Strategi diferensiasi yang diterapkan dalam pembelajaran adalah diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi hasil. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan siswa untuk memilih apa mereka ingin pelajari, bagaimana cara belajar, dan produk belajar apa yang ingin dihasilkan. Tapi, tentu saja ada batasan-batasan yang harus diperhatikan yaitu tetap pada capaian kompetensi yang ditetapkan.

Inovasi-Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Berbasis Kearifan Lokal dengan “Peta Budaya” ini peserta didik akan menghasilkan sebuah produk literasi. Dimana produk tersebut akan didokumentasikan dalam sebuah buku karya Bersama. Kedepannya buku ini akan berisi tulisan reflesi siswa serta hasil differensiasi karya siswa yang berupa gambar, poster, poto dan sebagainya. Dan nantinya karya literasi ini akan  dicetak kemudian dikumpulkan menjadi karya literasi Bersama.

Mungkin karya yang akan dihasilkan nantinya masih memerlukan banak pembenahan. Akan tetapi saya yakin karya tersebut akan bisa menjadi kebanggan tersendiri bagi saya sebagai gurunya maupun  peserta didik saya.

Agar kegiatan ini dapat memberikan dampak yang lebih luas maka perlu pengimbasan dan share informasi kepada Sahabat guru lainnya. Pada tugas PembaTIK level 4 tahun 2022 yang mulai Inovasi pembelajaran yang sudah kami lakukan sejak tanggal 17 s.d. 31 Oktober 2022. Melalui kegiatan diseminasi PembaTIK 2022 kami berkesempatan membagikan praktik baik Inovasi-Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Berbasis Kearifan Lokal dengan “Peta Budaya”




#PusdatinKemendikbudristek #MerdekaBelajar #PembaTIK2022 #DutaTeknologiKemendikbudristek #RumahBelajar2022  #PlatformMerdekaMengajar #BerbagiTIK


Diberdayakan oleh Blogger.